Indonesia mengambil tindakan nyata untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk memastikan bahwa pembangunan di sektor transportasi tidak berdampak buruk terhadap kehidupan dan kesehatan masyarakat, kata Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Dalam upaya menekan emisi gas rumah kaca dan polusi udara, Indonesia aktif mendorong penggunaan kendaraan listrik,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam keterangan yang diterima dari kantornya di Jakarta, Kamis.
Berbicara pada Konferensi Global Efisiensi Energi (GCEE) ke-9 IEA di Nairobi, Kenya, Rabu (22 Mei), Kusdiana menegaskan Indonesia memandang transisi ke kendaraan ramah lingkungan sebagai strategi utama dekarbonisasi subsektor transportasi darat.
Ia mencatat bahwa transisi tersebut juga akan membantu Indonesia melakukan dekarbonisasi pada sektor ketenagalistrikan dan beralih dari ketergantungan pada impor bahan bakar berbasis fosil, yang telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
“Penurunan impor akan memperkuat ketahanan energi kita. Ini yang menjadi prioritas utama pemerintah,” ujarnya.
Pejabat tersebut lebih lanjut mengatakan bahwa dekarbonisasi sektor transportasi sangatlah penting, mengingat kontribusi besar sektor ini terhadap emisi gas rumah kaca di Indonesia.
Di Indonesia, sekitar 11 juta kendaraan darat yang aktif menghasilkan lebih dari 35 juta ton emisi karbon.
“Sektor transportasi global menyumbang lebih dari sepertiga emisi karbon dunia, dan transportasi darat menyumbang sekitar seperenam emisi yang dihasilkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengadopsi sistem transportasi yang berkelanjutan dan bersih untuk memitigasi dampak negatif sektor ini terhadap lingkungan. dampaknya,” ujarnya.
Karena perkembangan ekonomi diperkirakan akan menyebabkan lonjakan jumlah kendaraan dalam waktu dekat, ia mengatakan Indonesia menekankan pentingnya dekarbonisasi sektor transportasi untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060.