May 16, 2024

Produk Buatan Indonesia Banyak Diserahkan dalam Pengadaan Barang Pemerintah: LKPP

Sebanyak 50 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengikuti Pertamina Grand Prix Indonesia 2023 di Mandalika. (Foto milik Pertamina)

Seruan Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk mengurangi impor dalam pengadaan pemerintah telah secara efektif meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.

Menurut Irwan Herniwan, Sekretaris Utama Badan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), selama setahun terakhir, pemerintah meningkatkan pemanfaatan produk buatan Indonesia dalam pengadaan publik sebesar 32,3 persen. Pada tahun 2022, nilai produk buatan Indonesia yang digunakan dalam pengadaan pemerintah adalah sebesar Rp 440,2 triliun, meningkat menjadi Rp 582 triliun pada tahun 2023.

“Kebijakan afirmatif untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri dan mencadangkan pasar pengadaan pemerintah berdampak positif pada berbagai aspek perekonomian,” kata Irwan.

Lebih lanjut, Irwan merinci peningkatan belanja pengadaan usaha mikro dan kecil yang dilakukan pemerintah. Pada tahun 2023, realisasi belanja tersebut meningkat menjadi Rp 275,7 triliun atau setara dengan peningkatan 52,1 persen dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2019, Presiden Jokowi mengkritik kementerian dan lembaga publiknya karena terlalu mengandalkan barang impor untuk pengadaan dibandingkan menggunakan produk buatan Indonesia. Ia menyoroti, Indonesia masih mengimpor barang-barang kebutuhan pokok seperti cangkul dari Tiongkok yang mudah diproduksi oleh pengrajin lokal. Jokowi mengingatkan impor yang berlebihan dapat melumpuhkan industri lokal dan mengakibatkan hilangnya lapangan kerja.

Presiden menginstruksikan LKPP dan Badan Perencanaan Pemerintah (Bappenas) mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) lokal untuk memproduksi cangkul dan peralatan sederhana lainnya karena permintaan dalam negeri yang tinggi.

Indonesia telah menyaksikan neraca perdagangan yang positif selama empat tahun berturut-turut, dengan India menjadi penyumbang surplus terbesar pada bulan April, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Rabu.

Badan tersebut melaporkan bahwa Indonesia mencatat surplus $3,56 miliar pada bulan April. Ekspor Indonesia pada April 2024 tercatat sebesar $19,62 miliar, meningkat 1,72 persen year-on-year, didorong oleh meningkatnya ekspor migas seiring dengan kenaikan harga energi global.

Sementara itu, impor pada bulan April 2024 tercatat sebesar $16,06 miliar, naik 4,62 persen year-on-year, didorong oleh peningkatan impor komoditas utama, antara lain mesin/peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, bahan kimia organik, serta gula dan kembang gula.