May 14, 2024

Menyelami Lebih Dalam Impian Prabowo Membentuk Presidential Club

Juru bicara Kementerian Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak tak menyangka pernyataannya terkait impian Presiden Terpilih Prabowo Subianto mendirikan apa yang disebut “klub presiden” akan menjadi perbincangan di kalangan masyarakat dan elit politik.

“Klub kepresidenan” – yang bertujuan untuk mengumpulkan presiden-presiden yang masih hidup – telah menjadi berita utama. Indonesia saat ini memiliki tiga presiden yang masih hidup: Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Joko “Jokowi” Widodo. Semuanya masih aktif dalam politik dan hubungan satu sama lain tidak terlalu baik. Dahnil mengklaim, Prabowo bisa mendapatkan masukan dalam menangani permasalahan bangsa dengan menempatkan ketiga mantan pemimpinnya dalam satu ruangan.

“Saya baru saja menemukan istilah ‘klub presidensial’. Memang bukan badan formal, tapi yang diinginkan Pak Prabowo adalah terbentuknya wadah di mana mereka bisa menjalin hubungan baik. Sehingga bisa rutin bertemu untuk membahas isu-isu penting nasional yang strategis,” kata Dahnil baru-baru ini.

Dahnil mengaku tak paham mengapa banyak pihak yang salah mengartikan “niat baik” Prabowo berbicara dengan mantan pemimpinnya sebagai gimmick politik belaka. Bahkan ada yang melihat klub presidensial ini sebagai cara para mantan presiden mempertahankan kekuasaannya, sementara ada pula yang menganggap forum ini hanya sekedar manuver politik — semua pendapat itu membuat Dahnil mengernyitkan dahi.

“Tn. Prabowo hanya ingin memberikan contoh bahwa para pemimpin harus membangun dan memelihara hubungan mereka. Insya Allah nanti kalau waktunya sudah tiba, Pak Prabowo akan duduk bersama Pak Jokowi, Pak SBY, dan Bu Megawati,” kata Dahnil.

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) baru-baru ini mengungkap lebih detail mimpi klub kepresidenan pendirinya, Prabowo. Wakil Ketua Gerindra, Habiburokhman, mengungkapkan bahwa gagasan itu tidak muncul begitu saja. Ia mengatakan bahwa selama bertahun-tahun, Prabowo telah berbicara tentang keinginan untuk mengumpulkan mantan presiden. Ia menambahkan, hal ini juga merupakan cara Prabowo menghormati mantan pemimpin dan prestasinya.

“Dengan meminta saran dari mereka, pemerintah yang akan datang dapat melanjutkan pekerjaan yang telah dicapai pendahulunya, sekaligus melakukan perbaikan. … Baik [klub kepresidenan] adalah entitas formal atau informal, kita harus benar-benar mengoptimalkan komunikasi antar presiden, semua demi negara kita dan rakyatnya,” kata Habiburokhman.

Bukan Sesuatu yang Baru

Namun memiliki presiden yang berkomunikasi satu sama lain bukanlah sesuatu yang baru dalam politik internasional. Namun, hal ini sudah menjadi hal yang tabu di Indonesia, seperti yang terlihat dari pemerintah di masa lalu yang cenderung menutup pintu bagi komunikasi semacam itu. Sebagai contoh, AS melihat para pemimpinnya berkonsultasi dengan para pendahulunya.

‘The Presidents Club: Inside the World’s Most Exclusive Fraternity’ (2012) mengungkapkan bahwa Presiden AS ke-33 Harry S Truman meminta nasihat dari pendahulunya Herbert Hoover mengenai krisis ekonomi Eropa meskipun ada konflik afiliasi politik. Truman adalah seorang Demokrat, sedangkan Hoover adalah seorang Republikan. Contoh lainnya adalah Barack Obama –yang saat itu masih menjabat– berkonsultasi dengan Bill Clinton dan George W Bush mengenai bantuan gempa Haiti pada tahun 2010. Pada tahun 2021, Joe Biden juga bertemu dengan Clinton dan Bush untuk beberapa pembicaraan mengenai penarikan pasukan Amerika. dari Afganistan.

Di London, presiden pertama Afrika Selatan Nelson Mandela membentuk organisasi non-pemerintah The Elders. Ini menjadi sekelompok pemimpin global yang membahas isu-isu internasional, khususnya perdamaian, hak asasi manusia, dan lingkungan.

Forum pemimpin global terkemuka lainnya adalah Club de Madrid. SBY sendiri termasuk kelompok yang fokus pada isu demokrasi. Ia juga menjadi pembicara dalam pertemuan tahunan kelompok tersebut di Jerman pada tahun 2022.

Sayangnya, jarang sekali kita melihat para pemimpin Indonesia bertukar pikiran demi negara ini. Hubungan antara presiden-presiden masa lalu yang masih hidup menjadi buruk.
Menyelami Lebih Dalam Impian Prabowo Membentuk Presidential Club
Presiden Joko Widodo, kanan, menerima kunjungan Megawati Soekarnoputri di Istana Negara, Jakarta Pusat pada 3 Desember 2019. (Antara Foto/Puspa Perwitasari)

Tidak Sesuai Persyaratan Terbaik Mereka

Selama dua dekade terakhir, Megawati dan SBY tak pernah akur, apalagi setelah mereka saling berhadapan pada pemilu 2004. Megawati — dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) — menuding SBY berperan sebagai korban dan pengkhianat. SBY akhirnya memimpin Indonesia selama dua periode, mulai tahun 2004 hingga 2014. PDI-P yang didirikan oleh Megawati menjadi oposisi terbesar SBY selama menjabat. Bahkan setelah pengunduran dirinya, mereka masih belum berdamai.

SBY bahkan mengaku ada yang berusaha menghalanginya mendekati pemerintahan Jokowi. Selama 9 tahun pertama kepemimpinan Jokowi, tidak ada interaksi substansial antara SBY dan presiden yang akan keluar.

Baru setelah Partai Demokrat –yang juga didirikan oleh SBY– menyatakan dukungannya terhadap Prabowo Subianto pada Pemilu 2024. Prabowo telah memilih putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming

Raka sebagai cawapresnya. Menyusul dukungan Partai Demokrat, Jokowi menunjuk putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, menjadi menteri agraria.

Pemilu 2024 menjadi saksi retaknya hubungan antara Jokowi dan Megawati, terutama menyusul kekalahan calon presiden dari PDI-P Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Dinamika antara presiden-presiden di masa lalu telah menjadi hambatan bagi impian partai presidensial Prabowo.

Pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan, klub eksklusif ini merupakan ide yang bagus karena bisa membuka jalan bagi cita-cita Indonesia untuk mencapai era keemasan di usia seratus tahun pada tahun 2045. Namun, perbedaan arah politik bisa menjadi jalan menuju klub presidensial. yang sulit.

“Pertanyaannya adalah bagaimana [Prabowo] dapat mendorong para pemimpin untuk mengesampingkan ego mereka dan duduk bersama dan membahas isu-isu nasional. Ini akan menjadi tantangan berat bagi Prabowo. … Dan meskipun Prabowo-Gibran telah dinyatakan sebagai pemenang resmi, … PDI-P belum menerima kekalahan mereka. Prabowo perlu pendekatan dulu ke PDI-P agar ini bisa berjalan,” kata Ujang.

Senada dengan itu, Adi Prayitno, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, juga mengkhawatirkan hubungan para pemimpin masa lalu. Adi berkata: “Megawati dan SBY sudah 20 tahun tidak berbicara satu sama lain. Hubungan Megawati-Jokowi juga memanas karena pemilu. Jika luka lama Megawati dan SBY tak terobati selama 20 tahun, lalu bagaimana dengan Megawati dan Jokowi yang lukanya bisa dikatakan masih terbuka dan belum kering?”
Menyelami Lebih Dalam Impian Prabowo Membentuk Presidential Club
Mantan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono berbicara dengan mantan presiden Megawati Soekarnoputri saat pemakaman mantan ibu negara Ani Yudhoyono di Jakarta pada 2 Juni 2019. (Antara Foto/Olhe)

Kontinuitas

Abdul Mu’ti, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Muhammadiyah, mengatakan klub presidensial bisa menjadi simbol kelanjutan pembangunan pemerintahan sebelumnya yang dilakukan penerusnya.

“Kami merasa pemerintah cenderung enggan melanjutkan apa yang telah dilakukan pendahulunya. Padahal kita tahu kadang-kadang tidak mungkin menyelesaikan suatu program atau kebijakan dalam satu masa jabatan presiden, sehingga tentu saja pemerintahan berikutnya harus meneruskannya,” kata Mu’ti.

“Jika kebijakan pemerintah masa lalu baik untuk rakyat, maka kita harus mempertahankannya. Kalau belum, perbaiki,” kata Mu’ti.

Menurut Adi, Prabowo sudah jelas ingin meneruskan kebijakan Jokowi. Klub yang belum berdiri ini dapat memberikan ruang untuk berdiskusi mengenai apa yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya.

Firman Noor, pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyebut klub presidensial ini merupakan manuver politik berani yang dilakukan Prabowo yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Megawati, SBY, dan Jokowi semuanya telah memimpin negara ini, yang berarti bahwa mereka harus menjadi orang-orang terbaik yang bisa dijadikan masukan bagi Prabowo, menurut Firman.

Namun Firman berharap klub ini sekadar menjadi wadah non-formal. Indonesia sudah memiliki apa yang disebut dewan penasihat presiden. Mendirikan badan formal akan membuat segalanya menjadi lebih rumit karena pemerintah harus menyisihkan sejumlah dana dan menyiapkan tenaga, antara lain, agar klub tetap berjalan.
Menyelami Lebih Dalam Impian Prabowo Membentuk Presidential Club
Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bertemu Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di kediamannya di Jakarta pada 24 Juli 2019. (Suara Pembaruan/Ruht Semiono)

Akankah Mereka Bertemu?

Namun bagaimana pendapat trio Megawati-SBY-Jokowi mengenai gagasan tersebut?

Awal bulan ini, Jokowi menyatakan terbuka untuk menghadiri klub kepresidenan. Ia mengatakan kepada wartawan saat itu bahwa ia tidak keberatan menghadiri forum seperti itu jika diadakan dua hari sekali.

Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengungkapkan kesediaan SBY untuk berunding mengenai persoalan nasional dengan dua pemimpin lainnya, seraya menambahkan bahwa ia “tidak punya masalah pribadi” dengan Megawati. Partai kami juga terbuka untuk membuka ruang dialog dengan partai lain, termasuk PDI-P, kata Herzaky.

Politisi senior PDI-P Hendrawan Supratiko menyambut baik gagasan klub presidensial, meski ia mengatakan partainya masih menunggu rincian lebih lanjut mengenai implementasinya. “Itu ide yang bagus. Tapi apakah itu hanya forum pertemuan formal atau seremonial, apakah akan membahas isu-isu fundamental dan strategis, perlu diperjelas,” kata Hendrawan.

Wakil presiden terpilih Gibran meminta masyarakat menunggu saja seperti apa konsep dan implementasi klub tersebut. Dia menambahkan: “Tetapi baik itu masukan, evaluasi atau pendapat, kita bisa mendapatkannya dari orang-orang di dalam atau di luar koalisi. Tidak ada yang salah dengan itu. Kami akan meminta masukan dari semua pihak, baik itu senior kami, maupun pemimpin negara yang berpengalaman. Itu sebabnya ada klub kepresidenan.”

TAGS: